Resiliensi pada anak sangat penting diajarkan karena anak yang resilien dapat tumbuh dengan berbagai manfaat
seperti kemampuan mengelola emosi. Dengan memiliki resiliensi, anak akan mampu menghadapi setiap tantangan
dan bila mengalami kegagalan, akan bisa bangkit kembali serta mencari strategi dan solusi yang lebih baik.

Orang tua adalah sosok yang bisa mengajarkan sifat resilien pada anak sejak usia dini.
Ada beberapa cara yang bisa Parents lakukan untuk menumbuhkan resiliensi pada anak seperti teknik ABCD di bawah ini.

A: Ada untuk anak
Waktu berkualitas atau ‘quality time’ dengan anak adalah pondasi yang kuat bagi pertumbuhan mental anak.
Namun, orang tua perlu paham bahwa meluangkan waktu untuk mendampingi anak bukanlah menyelesaikan masalah yang ditemui anak secara terus menerus.
Jika anak menghadapi tantangan misalnya kesulitan saat mengerjakan tugas sekolah, daripada memberikan jawaban untuk mereka, Parents bisa memberikan contoh atau ajarkan cara-cara alternatif serta tetap memberikan dukungan agar anak merasa mampu dan tidak putus asa.
Pakai waktu khusus dengan anak untuk berbicara tentang hal-hal yang penting bagi mereka serta tentang kecemasan yang mereka punya.

B: Beri kesempatan
Berikan anak berbagai macam kesempatan untuk melakukan hal-hal baru.
Hilangkan anggapan bahwa anak terlalu kecil atau terlalu muda untuk memiliki pengalaman tertentu.
Contohnya, biarkan anak memilih pakaian yang akan mereka kenakan, membantu menyiapkan makanan ataupun menentukan kegiatan yang akan dia lakukan meskipun si kecil masih balita. Seiring bertambahnya waktu, Parents bisa meningkatkan tanggung jawab mereka.
Dengan begini, anak akan terlatih menjadi lebih mandiri dan dapat mengambil keputusan.

C: Cintai tanpa syarat
Kasih sayang patut ditunjukkan dan dipraktekan karena berdampak langsung terhadap tumbuh kembang anak.
Kontak fisik seperti mencium, membelai, memeluk dan sentuhan kasih lain sangatlah penting dalam menciptakan
ikatan antara anak dan orang tua. Pelajari bahasa cinta anak, karena satu anak mungkin lebih suka dipeluk dan
anak lain lebih senang digenggam tangannya.
Anak perlu merasa dicintai tanpa syarat dan apa adanya, bukan hanya ketika mereka berbuat baik.
Saat anak sedang seding atau marah pun, orang tua masih perlu menunjukkan rasa kasih dan perhatian namun tanpa memanjakan.
Dengan merasa dicintai, anak akan merasa aman, percaya diri dan berdaya untuk belajar banyak hal.

D: Dukungan sosial & emosional yang positif
Berikan dukungan pada anak untuk bersosialisai. Kemampuan sosial seperti berbagi, menunggu giliran,
mengikuti peraturan, berkompromi dan kontrol diri perlu dilatih sejak dini.
Parents bisa melatih anak ketika bermain bersama di rumah dengan anggota keluarga lain.
Dorong anak untuk mengikuti berbagai macam kegiatan di luar rumah seperti mengikuti kursus-kursus ataupun komunitas.
Meski begitu, orang tua tetap harus memperhatikan dengan seksama teman-teman yang bercengkerama dengan si kecil.

Selain itu, dukungan emosional yang baik pun perlu diberikan.
Mengajarkan anak mengenali dan mengelola emosi adalah salah satu hal yang bisa mendukung perkembangan emosi mereka.
Orang tua juga bisa terus mendampingi anak dalam melakukan hal-hal baru.
Baik jika mereka berhasil maupun gagal, tetap fokus pada proses dan usaha si kecil.
Jika Parents hanya fokus pada hasil anak akan merasa tertekan harus berhasil melakukan semuanya, ini malah akan menumbuhkan rasa takut bagi mereka untuk bereksplorasi.

Menumbuhkan resiliensi pada anak bukanlah hal yang bisa terjadi dalam satu atau dua tahun.
Sehingga, melatih anak untuk memiliki sifat resilien sejak dini akan sangat baik bagi mereka untuk menjadi individu yang kuat dan tangguh kelak.